Filosofi Memasak
Di sini saya akan sedikit membahas tentang filosofi memasak versi saya. Tentu tulisan ini sangatlah subyektif,karena saya lihat dan rasakan dr sudut pandang saya sendiri.
Apa sih makna masak buat saya? Masak adalah aktifitas ibadah itu yg pertama, karena apapun yg diniatkan utk ibadah hasilnya mau enak atau tidak tetaplah bernilai ibadah di mata Tuhan. Sudut pandang ini sy namakan prophetic cooking (dari asal kata prophet yang kemudian saya artikan prophetic sebagai ajaran yg berbau kenabian), rada ngeri ya namanya. Tapi intinya cuma satu memasak itu bernilai ibadah jika kita niatkan sebagai ibadah.
Kedua, memasak itu adalah sebuah proses. Layaknya meramu tulisan,kita harus menyiapkan bahan2 masakan dan mengolahnya perlahan dengan ketekunan hingga menemukan ciri khas dan rasa yg tepat minimal menurut lidah kita sendiri. Dengan proses trial and error kita belajar mengembangkan resep dan keahlian hingga masakan kita mampu diterima oleh semua orang.
Ketiga, memasak itu adalah sarana refreshing dan laboratorium belajar bagi saya. Kalau dulu laboratorium saya adalah studio radio, perusahaan penerbitan, media dan corporate; setelah menikah dan mempunyai anak, kini laboratorium saya adalah dapur. Dapur jadi tempat untuk developing recipes sesuai dengan selera saya dan keluarga tentunya. Saat bad mood saya biasa lari ke dapur,melihat isi kulkas dan bereksperiman utk cooking and baking. Hasilnya mood saya berubah lebih baik ketika hasilnya enak dan sedikit lebih baik ketika hasilnya kurang memuaskan☺️. Tapi apapun hasilnya saya cukup puas bisa melampiaskan kemarahan,kesuntukan dan kebosanan saya melalui memasak apalagi ditambah hobi memotret hasil masakan saya dan membagikan hasil eksperimen saya ke tetangga.
Keempat, memasak adalah latihan bagi jiwa jiwa tergesa seperti saya untuk lebih selow dan sabar serta tekun menghadapi proses memasak. Adakalanya saya harus terciprat minyak panas kala menggoreng yg ditambah dengan rengekan si kecil yg minta digendong terus saat saya memasak. Adakalanya masakan saya gosong atau kurang matang. Adakalanya hasilnya bantet dan lain sebagainya. Kalau saya ga belajar untuk sabar selow dan tekun, saya pasti sudah tidak mau lagi memasak. Tapi apa jadinnya kalau saya menyerah?! Mau makan apa anak dan suami saya?
Yang terakhir, memasak adalah proses melatih diri kita utk menjadi pribadi sederhana. Lha kok bisa masak sama sederhana bisa nyambung? Bisa dong! Memasak bagi pemula seperti saya itu ga boleh dibuat ribet. Semua harus dalam koridor sederhana, baik bahan bahan yg harus disiapkan sampai cara masaknya. Kalau sudah ribet duluan,bahannya harus nyari sampai himalaya misalnya dan masaknya harus pake tehnik ala chef2 international ya bubar jadinya, so keep it simple!. Dan menjadi simple itu juga bisa diterapkan dalam keseharian kita. Dalam berpakaian,bertindak,berkarya tulis dan lain lain.
Demikian, mudah mudahan tulisan saya ini bermanfaat. Aamiin.
Bunda Nisa