Ibu Bekerja vs Ibu Rumah Tangga
Dear ibu,
Siapa disini yang suka denger kata kata menusuk hati dari orang orang di sekitar yang kurang lebih bunyinya begini:
"Udah kuliah bagus bagus,lulus cumlaude eh berakhir jadi ibu rumah tangga aja, ga sayang sama ijazahnya,sama kerja keras skripsinya?"
Tenang bunda, tahan emosi dan jangan terburu nafsu untuk meladeni.
Bersyukurlah bagi ibu yang lingkungannya kondusif dan supportif. Tidak ada pertanyaan atau kata kata menusuk hati,karena semua memahami bahwa keputusan menjadi ibu rumah tangga adalah keputusan bersama antara anda dan suami.
Bersyukurlah jika suami tidak menuntut kita untuk bekerja atau S2. Meskipun kadang tuntutan itu justru datang dari diri kita sendiri dan mimpi mimpi masa remaja kita, untuk jadi ibu yang berpendidikan tinggi dan mapan juga.
Bagi ibu yang mengalami pertanyaan menusuk di atas, jangan cemas. Cukup jawab dengan selow bahwa menjadi ibu rumah tangga dengan ijazah sarjana adalah kebanggaan anda,karena ilmu dan pengalaman yang anda dapatkan akan diaplikasikan untuk mendidik buah hati.
Jangan pernah membandingkan
Ini adalah salah satu kunci untuk bahagia. Jangan pernah membandingkan kondisi kita dengan ibu yang lain. Setiap kita adalah unik,tidak bisa digeneralisir antara kondisi ibu yang satu dengan kondisi ibu yang lain.
Rumput tetangga selalu nampak lebih hijau bukan bunda?! Sebagai contoh, teman saya yang bekerja justru kepengen seperti saya yang waktunya bisa full untuk anak dan keluarga,tidak terlalu capek mengurus urusan kantor dan domestik. Lebih fokus katanya.
Sedangkan saya? Justru kadang merasa bosan di rumah,apalagi kalau suami sedang dinas hingga satu bulan lamanya. Kenangan akan kesibukan wanita karir jadi bikin saya ngiler. Tapi kemudian saya merenung kembali. Saya pasti akan sangat merasa bersalah ketika saya bekerja dan meninggalkan anak saya. Bagaimana nanti kalau dia butuh saya, bagaimana kalau nanti anak saya dititipkan di day care, bagaimana kalau ia begini dan begitu? Kegalauan tiba tiba merasuk di dada dan kepala.
Ibu bekerja dan ibu rumah tangga sama sama capeknya. Ya capek lahir; capek batin. Siapa yang tau kalau ternyata ada banyak masalah di kantor dan masih harus urus anak dirumah? Meskipun ada sisi positifnya bagi ibu yang bekerja, karena ia lebih bisa menikmati quality time dengan anaknya yang hanya bertemu pas pagi dan pulang kerja. Anak juga jadi lebih mandiri dan ga manja ketika bapak dan ibunya pergi bekerja.
Intinya, semua punya plus minus, jadi jangan saling membandingkan dan jangan saling menjudgment satu sama lain.
Soal hasil didikan ibu bekerja vs ibu rumah tangga.
Sekali lagi ibu, kita tidak boleh membandingkan diri kita dengan orang lain. Beberapa anak dari teman saya yang wanita karir anak2nya juga tumbuh dengan baik dan cerdas. Saya malah kadang yang minder, saya ini full mommy, tapi anak saya kok manja ya?! Ga semandiri anak dari ibu lain yang bekerja?! misalnya.
Nah ini yang harus diwaspadai, jangan membandingan dan jangan menjudgment orang lain. Mau dia bekerja atau tidak, seorang ibu pasti berusaha untuk menjadi ibu yang terbaik dan memberikan pendidikan yang terbaik, untuk hasilnya mari sepenuhnya kita serahkan pada pemilik sejati kita semua yaitu Allah SWT.
Dengan ini kita akan lebih legowo sekaligus termotivasi untuk berlomba lomba dalam kebaikan yaitu mendidik anak kita sepenuh hati tanpa membandingan dan menjudgment ibu yang lain. Karena pada dasarnya tidak ada orang tua yang sempurna, begitu juga tidak ada anak yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik-Nya.
Dan saat kita begitu lelah mengurus anak atau bekerja mari sama berdoa laa khaula wala quata illa billah. Bahwa tidak ada daya dan kekuatan,kecuali dari Allah.
Bukan begitu ibu?
Bunda Nisa