Memaknai Perjalanan
Perjalanan entah kemanapun tujuannya selalu meninggalkan jejak. Entah itu jejak memori atau jejak pelajaran. Itu kenapa saya suka sekali bepergian, entah dengan membawa anak atau sendirian. Bagi saya bepergian adalah media untuk belajar. Belajar mengenal kapasitas diri, belajar mengenal kapasitas keuangan dan berusaha mensiasati keterbatasan, hingga belajar budaya baru, makanan baru, tempat baru hingga belajar bahasa daerah yang baru.
Kenapa harus bepergian
Flashback ketika dulu kecil saya jarang diajak orang tua untuk travelling. Keterbatasan budget tentu menjadi alasan. Bersyukur sekarang kami bisa mengajak anak anak kami untuk travelling dan belajar hal baru. Berikut beberapa alasan kenapa perjalanan merupakan edukasi terbaik untuk anak anak dan kenapa hidup tanpa bepergian sunguh sangatlah membosankan.
1.Perjalanan itu menghasilkan penemuan
Tidak perlu muluk muluk juga seperti Christopher Columbus yang menemukan benua Amerika. Hal sepele seperti menemukan hidden gem di suatu tempat atau menemukan kuliner enak lagi murah yang jarang disorot kamera juga termasuk penemuan yang menyenangkan. Bepergian mengelilingi kota atau keluar kota cukup menjadi pengalaman seru yang bakal menorehkan kenangan indah. Apalagi jika mengajak anak anak, mereka akan banyak menemukan hal baru yang tak pernah mereka temui ketika hanya di rumah saja, tak jarang sepanjang perjalanan mereka akan ceriwis menanyakan banyak hal baru yang mereka lihat di jalan.
2.Perjalanan itu mengeksplorasi
Hal yang paling menyenangkan dari sebuah perjalanan adalaah proses explorasi. Anak anak belajar mengexplore makanan baru, tempat tempat baru hingga budaya baru. Ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi mereka untuk mencoba banyak hal. Menyusuri sungai, bermain pasir di pantai serta menikmati pemandangan yang menakjubkan. Setiap tempat yang kita kunjungi unik dan menanti untuk dijelajahi – artinya akan selalu ada hal baru yang berbeda untuk dikenang.
3.Perjalanan itu merasakan
Merasakan atmosfer yang berbeda dari tempat semula merupakan pengalaman yang menarik bagi saya maupun anak anak. Menghirup udara segar pegunungan, mendengar deburan ombak, merasakan suasana kota lain, merasakan mabuk perjalanan, mengelap muntahan anak dengan bau bacin yang menyeruak di kereta sendirian hingga ditatap aneh atau kasihan oleh orang lain ketika melihat saya sendirian kerepotan menggandeng anak anak sambil membawa barang bawaaan yang banyak di perjalanan, menjadi kenangan yang menguatkan. Bepergian atau travelling merupakan media mendulang “pengalaman rasa” bagi anak anak dan ini akan menambah pengalaman mereka dalam melihat dunia.
Di beberapa titik perjalanan, saya mungkin akan merasa bersemangat, di titik yang lain saya merasa gugup (karena handle anak anak sendirian), gembira, rindu rumah, senang, sedih, sebel, merasa sangat kelelahan dan kerepotan serta aneka rasa lainnya yang berkecamuk di dada selalu mewarnai setiap kisah perjalanan. Melalui pasang surut rasa, bepergian dapat menjadi roller coaster yang menguras emosi apalagi jika anak anak mulai susah dikendalikan di kereta atau di kendaraan lainnya. Namun begitu, saya memiliki pengalaman dan merasakan kekaguman sekaligus kebanggaan terhadap diri sendiri ketika saya mampu melewati itu semua, melangkah untuk menjelajahi kota atau tempat baru dengan penuh suka cita.
4.Perjalanan itu mandiri
Bepergian adalah pengalaman dunia nyata. Ini adalah belajar terbang dari sarang, menyadari bahwa kita dapat menyelesaikan masalah dan bertahan di tengah kerewelan membawa anak anak, dan belajar untuk percaya bahwa kita siap untuk apapun yang kehidupan berikan, kita kuat dan kita mampu.
Perjalanan melatih anak anak saya untuk mandiri, mereka mulai menyiapkan barang bawaan sendiri ketika saya mulai memberitahu bahwa kami akan melakukan perjalanan luar kota lagi. “yeeei ayo dek siap siap, ambil bajunya, ambil sikat gigi sama odolnya” ajak kakak bersemangat pada adeknya. Mereka bahkan membawa tas sendiri yang berisi barang bawaan pribadi mereka. Hingga ada yang berkomentar di kereta “kasihan itu mba anaknya kalau disuruh bawa tasnya sendiri”. Saya hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis. Bagi saya, haram hukukmnya jika anak anak manja di perjalanan. Kapan mau mandiri jika kita tak melatihnya sejak dini? dan perjalanan menjadi media belajar kemandirian yang sangat efektif bagi anak anak kami.
5.Perjalanan itu menghubungkan
Membangun koneksi dengan anak anak atau dengan sesama traveller di jalan juga menjadi pelajaran tersendiri buat saya dan anak anak. Entah berapa kali saya selalu dibantu oleh penumpang lain saat kerepotan membawa barang seabreg, koper segaban sambil menggandeng dua anak sekaligus, tak jarang bahkan driver ojek online menawarkan untuk membawakan koper sampai depan receptionist hotel. Hal ini tentu tidak hanya memperkaya pengalaman, tapi juga memperkaya hati untuk selalu menebar kebaikan pada sesama, dan tentu juga meningkatkan jaringan kita. Usahakan untuk terhubung dengan orang-orang di sekitar kita karena kita tidak pernah tahu peluang apa yang mungkin terjadi. Selain itu bepergian selalu membuka pintu silaturahmi. Di setiap kota selalu ada teman atau saudara yang siap dikunjungi rumahnya untuk kembali menautkan hubungan yang lama terjeda.
6.Perjalanan itu memahami
Setelah makan gulai belacan, minum teh talua dan mengikuti acara ma’panre Temme dan mappacci, atau menghabiskan waktu bersama teman di pinggir pantai Teluk Asmara, kami telah menjadi bagian dari klub khusus yang berisi orang-orang yang dapat melihat dunia dengan cara berbeda. Kami telah mengalami hal-hal di luar lingkungan rumah dan telah melihat bahwa setiap daerah dan komunitas itu unik.
Pada akhirnya saya mengerti bahwa perbedaan dalam hiduplah yang membuat kita istimewa. Tawa, canda, kisah, dan nilai yang kita dapat dalam sebuah perjalanan mengingatkan bahwa kita semua memiliki kesamaan sekaligus perbedaan yang patut dilestarikan. Kemampuan memahami, toleransi, ora kagetan, ora gumunan justru banyak kita dapatkan ketika kita sering berepergian, bertemu orang orang baru dan meneguk telaga hikmah perjalanan.
Jika merasa rendah diri maka keluarlah dari rumah, maka akan kita temui jutaan orang yang jauh lebih tidak beruntung dari kita. Jika diri merasa hebat, bepergianlah dan kita akan bertemu orang orang yang jauh lebih hebat dari kita. Selalu ada langit diatas langit, dan pemahaman ini akan lebih mengena ketika kita bepergian dan melihat dunia.
7.Perjalanan itu belajar
Lagi lagi perjalanan adalah proses belajar langsung di lapangan. Terkadang belajar melalui buku atau cerita travelling seseorang tak cukup memuaskan hingga kita memilih untuk merasakan sendiri pembelajaran di jalanan. Teori teori tips membawa bayi dan anak anak terbang bepergian nyatanya tak cukup membuat kita belajar makna kesabaran dan bertahan dalam kerepotan, kecuali kita mempraktekannya sendiri. Ini terbukti ketika saya sendiri bepergian ke Jogja dari Makassar membawa satu bayi dan balita dengan tiga koper extra besar yang alhamdulilah bisa saya lewati tanpa drama di atas kabin pesawat (meskipun tak jarang saya mengelus dada berkali kali). Bagi saya jika Jennifer Bachdim saja bisa bawa 3-4 anak sendirian ke London atau Jerman, maka sayapun pasti bisa.
Dari aneka perjalanan saya belajar mengelola rasa repot, menjadikan “repot’ sebagai teman. Saya sadar bahwa ketika punya anak apalagi lebih dari satu maka repot itu menjadi sesuatu yang mengiringi. Hanya saja bagaimana kita mengelola repot menjadi sesuatu yang menyenangkan tentu butuh jam terbang dan belajar setiap hari. Sesekali menanamkan afirmasi bahwa repot hanyalah ilusi dan lalu mencoba menikmati kerempongan membawa anak anak bepergian dengan segala dramanya.
8.Perjalanan itu berkomunikasi
Perjalanan itu ibarat rangkaian komunikasi dengan diri sendiri, dengan anak anak dan dengan orang orang baru yang kita temui di jalan. Gaya komunikasi setiap orang tentu berbeda tapi dengan travelling kita bisa mempelajari gaya komunikasi dan mencoba bertoleransi dengan orang lain dari berbagai daerah. Dulu sempat kaget ketika tetangga bicara teriak-teriak, saya pikir mereka marah marah ternyata memang begitulah gaya bicara mereka yang cenderung ‘high tone’ tanpa tendensi marah. Dengan bepergian kita juga jadi cepat menguasai bahasa baru dan menyesuaikan gaya bahasa dan bicara kita sesuai lokasi yang kita kunjungi.
Tak jarang sayapun berkontemplasi, berbicara dengan diri sendiri saat di perjalanan. Sambil melihat pemandangan di balik jendela, pikiran saya kerap ikut melayang dan berkomunikasi dengan diri sendiri. Saat membawa anakpun saya belajar untuk berkomunikasi empatik pada mereka agar mereka tak membuat ulah di perjalanan.
9.Perjalanan itu menantang
Ini bisa menjadi menakutkan jika kita terlalu lama berada di rumah bagai katak dalam tempurung, jarang bepergian ataupun tidak pernah berani mencoba mengeksplorasi dunia. Namun inilah yang membuat perjalanan menjadi lebih menantang sekaligus lebih bermakna. Tentukan sendiri tujuan kita, siapkan budgetnya, menabung lalu pergilah. Tidak perlu banyak pertimbangan dan keraguan. Mulailah yakin pada diri sendiri dan taklukan tantangan perjalanan.
Jika belum bisa keluar kota, maka pergi ke museum dekat rumah bersama anak anak atau sekedar pergi sendiri ke warung kopi cukup membuat pikiran kita lebih rileks. Saya sendiri sekarang sedang berlatih dan menantang diri untuk membawa tiga anak saya bepergian naik motor sendirian. Keliling kabupaten atau sekedar pergi ke pasar dekat rumah berempat, karena biasanya saya pergi bersama dua anak saja, sedang yang bayi saya tinggal di rumah. Ini jadi latihan sebelum saya membawa tiga anak berpetualang keluar kota sendirian bawa tiga anak sekaligus (wow sungguh menantang sekali). Kenapa tidak mengajak ayahnya anak anak? karena ayahnya sibuk kerja, jadi saya sebagai ibunya harus bisa mandiri saat travelling dan sanggup menjawab tantangan keadaan.
Jika ada budget lebih pergi keluar kota bisa menjadi pilihan daripada sekedar keliling kabupaten, dan jika masih ada sisa budget ayo buat paspor dan melanglanglah menelusuri bumi Allah yang lain.
10.Perjalanan itu pembelajaran
Jauh dari sekedar sebuah kesempatan untuk menjadikan perjalanan sebagai pengalaman yang seru, perjalanan juga menjadi cara yang fantastis untuk mempelajari lebih banyak tentang diri kita sendiri, dan tinggal di luar tempat lahir kita telah terbukti menciptakan rasa percaya diri yang lebih sehat dan kuat. Seringkali pengalaman bepergian membantu kita menemukan jawaban untuk pertanyaan klasik, ‘Siapakah Saya?’ dan ‘Apa yang ingin saya lakukan dengan hidup ini?’ dan ini membantu kita membentuk masa depan yang jauh lebih baik insyaalloh.
Atik Muttaqin
Untuk kerjasama, penulis bisa dihubungi melalui email: kontakbundanisa@gmail.com