Yogyakarta Independent School Gelar Visual Arts Exhibition dan Open House

Sleman, 19 April 2024. Hari Jumat yang cerah ini saya berkesempatan mengikuti acara IB Diploma Programme Visual Arts Exhibition di Yogyakarta Independent School, sekolah international di Yogyakarta yang sangat asri dan luas. Acara exhibition ini menampilkan 3 karya siswa siswi grade 12 yaitu Jonathan Alexander Calvin Pristiwanto, Mohammad Aqeela Sakha dan Priyanka Munesh Panjabi. Ada 19 karya yang dipamerkan, 17 karya lukis dan 2 buah karya sculpture atau instalasi patung.

3 siswa grade 12 yang menampilkan karyanya bersama kepala sekolah dan guru seninya.

Acara pameran karya ini dimulai pukul 10.00 WIB dan pembukaan pameran ditandai dengan prosesi pemotongan pita oleh kepala sekolah Yogyakarta Independent School Bapak Elia Nugraha Ekanindita.

Sekilas tentang visual arts exhibition

Pameran Seni Rupa Program Diploma IB ini merupakan bagian dari perjalanan emosional para siswa. Siswa menampilkan karya seni terbaiknya dalam bentuk pameran karya yang telah dikurasi sebelumnya.

Jonathan Alexander Calvin Pristiwanto, Mohammad Aqeela Sakha dan Priyanka Munesh Panjabi, merupakan siswa kelas 12 yang mengambil mata pelajaran seni rupa tahun ini. Dengan bimbingan guru seni rupa di kampus YIS, Bapak Herli Setiawan, ketiga siswa tersebut berupaya untuk menggambarkan pikiran, emosi dan pengalaman mereka ke dalam sebuah lukisan dan patung.

“Ini merupakan proses yang panjang yang dimulai sejak grade 11. Diawali dengan melakukan observasi, berbagai riset dan akhirnya terlahirlah karya seni mereka ini” Ungkap pak Herli Setiawan yang saya temui di sela sela acara.

“Nantinya karya karya mereka ini akan dikirim langsung ke IB yg berpusat di Swiss sana untuk mendapatkan penilaian” lanjut pak Herli.

Karya yang lahir dari proses yang panjang

Lebih lanjut saya mengobrol dengan Priyanka siswa grade 12 yang memamerkan 8 karyanya di acara ini. Ada 7 lukisan dan satu instalasi patung yang memukau.

“Saya sendiri terinspirasi dari Frida Kahlo seniman asal Meksiko” ungkap Priyanka saat saya menanyakan darimana inspirasi karya-karyanya berasal. Ia sendiri bercerita bagaimana proses kreatifnya dimulai dari melihat karya karya seniman lain lalu mencoba menuangkan pikiran emosi dan pengalaman personalnya ke dalam karya-karya yang dipamerkan.

Salah satu karya Priyanka yang cukup menarik perhatian saya adalah lukisan bergambar vas bunga yang retak tipis dengan tulisan dont look at me.

Lukisan berjudul Cantik sekali ini merupakan lukisan digital dengan ukuran 50 cm x 40 cm. Menggambarkan tanaman cantik dalam vas yang retak tipis. Jika dilihat sekilas retaknya nampak samar. Namun jika diperhatikan lekat lekat, tampak vas yang retak. Lukisan ini menggambarkan pribadi Priyanka yang menunjukkan kontradiksi kesombongan.

Pada pandangan pertama, tampaknya sempurna tetapi jika dilihat lebih dekat, kekurangannya terlihat. Hal ini menyinggung bagaimana kita merasa lemah, bahkan hancur. Apalagi setelah kita mengalami perselisihan dengan seseorang yang kita cintai. Namun, tanda ini menuntut jarak dari orang lain, menyampaikan kebutuhan untuk terlihat baik dari luar. Tangga semakin memperluas jarak, melambangkan pergerakan. Hal ini kontras dengan tanaman statis di tengah, yang menyampaikan kesepian.

Saat Priyanka menyampaikan makna dari setiap lukisannya saya benar benar terkesima dengan sosoknya yang cantik dan pintar dan luwes dalam berkomunikasi. Sempat beberapa kali saya puji dia karena kecantikannya dan kepandaiannya. “ Just like the meaning of my painting, many people see me as a beautiful and perfect girl even though I have cracked sides like the vase in this painting” balasnya

Dan memang semua lukisannya mewakili perasaan dan pengalaman yang ia lalui. Tegang kesepian, kerapuhan, kehilangan hingga mencoba bangkit dari semua itu dan berani memandang segala pengamalan sedihnya dengan perspektif lain yang lebih bijak.

Satu lagi karya instalasi patung yang mencuri perhatian saya yaitu patung karya Calvin yang berjudul retak. Dengan Medium kawat, patung yang berbentuk tengkorak melambangkan ketakutan tidak akan pernah menemukan identitas diri.

Ini mengacu pada hilangnya harapan, suatu ciri depresi klinis. Terlebih lagi, judul dan retakan yang menggunakan huruf kapital menunjukkan bagaimana seseorang dipenuhi dengan pikiran hingga hampir meledak, mengacu pada pikiran berlebihan yang dapat menyebabkan kecemasan yang parah. Warna putih menonjolkan simbol tengkorak dan penggunaan kabel sebagai bahan yang kuat dan fleksibel menonjolkan pemikiran kacau dan intensitas rasa takut. Selain instalasi patung Calvin juga memajang 6 karya lukisannya yang berkutat pada tema pencarian identitas diri.

Aqeela sendiri memamerkan 4 karya lukisan dengan warna warna yang mencolok dan indah. Acara visual art exhibition ini berlangsung dari pukul 10.00 sampai dengan 15.00 WIB.

Setiap anak itu unik dan berharga

Saat berkunjung ke acara pameran ini, saya sendiri cukup terkesan dengan sistem pendidikan di YIS dimana para pengajar tidak memaksakan kemampuan anak. Setiap anak unik dan berharga, dan itu yang ditekankan oleh YIS. Seperti saat pembukaan saat salah satu siswa penampil karya seni tidak mau memberikan sambutan, maka pihak sekolah sama sekali tidak memaksanya. Setiap siswa bahkan diberikan kebebasan untuk berekspresi. Siswa dengan beragam latar belakang dan keunikan diterima dengan sangat hangat di sekolah ini. Keragaman sekaligus kehangatan benar benar saya rasakan ketika masuk ke lingkungan sekolah ini.

Yogyakarta Independent School atau YIS Yogyakarta sendiri merupakan satu-satunya sekolah internasional di Yogyakarta yang menggunakan kurikulum International Baccalaureate (IB) dari Program PAUD/TK, SD, SMP dan SMA. YIS berupaya untuk memberikan pendidikan terbaik kepada siswanya, pendidikan di mana pengembangan kekuatan akademik dan sosial-emosional dicapai secara bersamaan.

YIS dan program akademik IB, berupaya menyeimbangkan aspek akademik dan non-akademik dari pengalaman belajar mengajar. Fasilitas luar biasa dari ruang belajar YIS juga dapat mendukung berbagai kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan, menarik, aman, dan sehat. Selain itu, rasio siswa-guru yang proporsional dirancang untuk memberikan interaksi kelas yang sangat mendukung dan pembelajaran yang efektif.

Jika ayah bunda tertarik untuk berkunjung ke YIS bisa ke alamat ini:
Jl. Tegal Melati No.1, Jombor Lor, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284
Atau menghubungi No WA: 08112632442

Semoga bermanfaat

Bundanisa

bundanisa

Penulis bisa dihubungi melalui email: kontakbundanisa@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!